NILAI-NILAI
PENDIDIKAN ISLAM BAGI REMAJA
DALAM BUKU Lā Tahzan Karya ‘Aidh
al-Qarni
(Analisis-Deskriptif)
PROPOSAL
PENELITIAN
Diajukan sebagai Syarat untuk Penelitian
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Darussalam
(IAID) Ciamis
Oleh :
SIDIK
NURYUSUPIANDI
NPM. 12.03.2734
INSTITUT AGAMA
ISLAM DARUSSALAM
(IAID)
CIAMIS
1437 H/ 2016 M
PROPOSAL
PENELITIAN
NILAI-NILAI
PENDIDIKAN ISLAM BAGI REMAJA
DALAM BUKU Lā Tahzan KARYA ‘‘Aidh
al-Qarni
Oleh :
SIDIK NURYUSUPIANDI
NPM : 12.03.2734
A. Latar Belakang
Masalah
Dalam satu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk
menjamin kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara, karena pendidikan
merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan
juga merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pembangunan bangsa. Dalam
pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Sasaran utama sistem pendidikan nasional adalah berpusat pada
kemampuan otak dan keterampilan teknis. Belum memenuhi kebutuhan nasional yang
bersifat mendesak, yaitu tersedianya orang-orang terdidik yang memiliki
kemampuan menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan bagi orang
lain. Belum menghasilkan generasi baru yang berkarakter dan berjati diri, yang
dapat diandalkan untuk mengambil prakarsa demi mewujudkan amanat reformasi
sekaligus memperkuat fondasi NKRI dan perekat persatuan bangsa. (Sumarno, 2009:
203).
Bagi orang-orang yang memberikan perhatian khusus pada dunia pendidikan
akan menyadari bahwa dunia pendidikan sampai saat ini belum mencapai tujuan disebabkan
karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia menjadi manusia yang
seutuhnya atau insan kamil, tetapi sering kali pendidikan yang ada tidak
memanusiakan manusia atau menjadikan manusia sombong yang lalai terhadap segala
keterbatasannya. Kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan
yang ada. (Suardana, 2012).
Suatu sistem pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses belajar-mengajar
berlangsung secara menarik dan menantang, sehingga peserta didik dapat belajar
sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Prorses pendidikan
yang bermutu akan membuahkan hasil pendidikan yang bermutu dan relevan dengan
pembangunan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu dan efisien perlu disusun dan dilaksanakan program-program pendidikan
yang mampu memebelajarkan peserta didik secara berkelanutan, karena dengan
kualitas pendidikan yang optimal, diharapkan akan dicapai keunggulan sumber
daya manusia yang dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan dan keahlian sesuai
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang.
Di era globalisasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
menyebabkan berkembangnya gaya hidup materialistik dan hedonistik di
kalangan warga masyarakat. Dampak lebih jauhnya dari gaya hidup tersebut adalah
merebaknya dekadensi moral atau pelecehan nilai-nilai agama, baik di kalangan
orang dewasa, remaja maupun anak-anak. Tetapi yang banyak kita lihat adalah
dikalangan remaja, karena secara psikologis masa remaja merupakan masa yang
begitu unik, penuh teka-teki, dilematis dan sangat rentan. Unik karena
pertumbuhannya banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya sehingga
perkembangan jiwa mereka ataupun karakter mereka berbeda-beda. Penuh teka- teki
karena kepribadian mereka susah ditebak. Dilematis karena masanya merupakan
peralihan dari masa anak-anak menuju usia dewasa sehingga cenderung coba-coba.
Problem remaja di atas, merupakan perilaku-perilaku reaktif, semakin
meresahkan jika dikaitkan dengan masa depan remaja yang diperkirakan akan
semakin kopleks dan penuh tantangan. Menurut Tilaar,tantangan kompleksitas masa
depan memberikan dua alternatif, yaitu pasrah kepada nasib atau mempersiapkan
diri sebaik mungkin. Misi pendidikan yang juga berdimensi masa depan tentunya
menjatuhkan pilihannya pada alternatif kedua. Artinya pendidikan mengemban
tugas untuk mempersiapkan remaja bagi peranannya di masa depan agar kelak
menjadi manusia berkualitas. (M. Ali, M. Asrori, 2006: 107).
Mengingat proses pendidikan adalah suatu proses pengembangan kemampuan atau
bakat manusia dengan sendirinya proses tersebut akan berjalan sesuai dengan
hukum-hukum perkembangan, yaitu hukum organis, yang menyatakan bahwa
perkembangan manusia berjalan secara menyeluruh dalam seluruh organ-organnya,
baik organ tubuhnya maupun organ rohaniyahnya, oleh karena itu dalam
perkembangan jiwa remaja sangatlah memerlukan bimbingan, arahan, dan pendidikan
yang dapat membina jiwa yang optimal serta nilai-nilai yang dijadikan sebagai
suatu pegangan hidupnya. Dengan demikian, perlu adanya sesuatu yang menunjang
akan perkembangan jiwa remaja sehingga diharapkan menjadi remaja yang tidak cuma
berkualitas di hadapan masyarakat tetapi di hadapan Allah Swt. (Arifin, 2009: 57).
Banyak para cendekiawan muslim baik yang klasik, maupun modern yang
memberikan jerih payahnya dan mendedikasikan diri dalam meletakkan fondasi
konsep pendidikan Islam, salah satunya adalah ‘Aidh
al-Qarni. Dalam
karyanya yang buku berjudul Lā Tahzan penulis menemukan
nilai- nilai pendidikan Islam sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan jiwa remaja. Selain itu buku Lā Tahzan mengajak untuk mengenal lebih
dekat jiwa dan ruh kita agar senantiasa tenang menatap perjalanan masa depan. Dan untuk mendatangkan kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, kelapangan hati,
membuka pintu optimisme dan menyingkirkan segala kesulitan demi meraih masa
depan yang lebih indah. Dan memang buku ini ditulis oleh ‘Aidh al-Qarni umumnya bagi masyarakat luas dan khususnya bagi para remaja karena beliau
tidak ingin melihat generasi penerus bangsa menjadi generasi yang lemah dan
tidak berkualitas. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tergugah
untuk menjadikan buku Lā Tahzan sebagai
objek pembahasan dalam skripsi ini dengan mengangkat judul “NILAI-NILAI
PENDIDIKAN ISLAM BAGI REMAJA DALAM BUKU Lā Tahzan KARYA ‘Aidh al-Qarni ”.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan tersebut di atas, maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana
nilai-nilai pendidikan Islam ?
2. Bagaimana
kehidupan dunia remaja ?
3. Bagaimana
nilai-nilai pendidikan islam bagi remaja dalam buku Lā Tahzan karya ‘Aidh al-Qarni ?
C. Tujuan
Penelitian
1. Untuk
mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam.
2. Untuk
mengetahui kehidupan dunia remaja.
3. Untuk
mengetahui nilai-nilai pendidikan islam bagi remaja dalam buku Lā Tahzan.
D. Kegunaan
Penelitian
Hasil
Penelitian ini dapat digunakan dalam bentuk teori/ilmiah dan praktis sebagai
berikut:
1. Kegunaan
Ilmiah
a. Sebagai
kontribusi pemikiran dan menambah khazanah keilmuan dalam pendidikan Islam.
b. Dapat
digunakan sebagai landasan teoritis dalam memahami nilai-nilai pendidikan Islam
bagi remaja.
c. Landasan
teori tersebut dapat terus diuji validitasnya sehingga ditemukan
generalisasi-generalisasi baru yang dapat mendeskripsikan nilai-nilai
pendidikan Islam.
2. Kegunaan
Praktis
a. Secara
praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pecinta sastra pada
umumnya, diharapkan akan lebih mudah dalam memahami nilai-nilai yang terdapat
dalam karya sastra, khususnya nilai-nilai pendidikan Islam bagi remaja baik
yang tersurat maupun yang tersirat.
b. Bagi
pendidikan agama Islam, diharapkan guru dapa memanfaatkan penelitian ini
sebagai alternatif sumber bahan pelajaran dalam rangka penanaman nilai-nilai Islami pada siswa melalui sebuah
karya sastra.
E. Tinjauan Pustaka
1.
Konsep
Nilai
Nilai
adalah alat yang menunjukkan alasan dasar bahwa cara pelaksanaan atau keadaan
akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau
keadaan akhir yang berlawanan. Nilai memuat elemen pertimbangan yang membawa
ide-ide seorang individu mengenai hal-hal yang benar, baik, atau diinginkan. (www.wapedia.mobi/id) Nilai mengandung
dua intisari yaitu Etika dan Estetika.
a.
Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ethos
yang berarti adat kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral
dari bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang berarti adat kebiasaan juga.
Akan tetapi pengertian etika dan moral ini memiliki perbedaan satu sama
lainnya. Etika ini bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika
mempersoalkan bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan moral
mempersoalkan bagaimana semestinya tindakan manusia itu. Etika hanya
mempertimbangkan tentang baik dan buruk suatu hal dan harus berlaku umum.
b.
Estetika
Estetika hanya membahas
mengenai keindahan. Ringkasnya dalam pembahasan teori nilai ini bukanlah
membahas tentang nilai kebenaran walaupun kebenaran itu adalah nilai juga.
Pengertian nilai itu adalah harga dimana sesuatu mempunyai nilai karena dia
mempunyai harga atau sesuatu itu mempunyai harga karena ia mempunyai nilai. Dan
oleh karena itu nilai sesuatu yang sama belum tentu mempunyai harga yang sama
pula karena penilaian seseorang terhadap sesuatu yang sama itu biasanya
berlainan. Bahkan ada yang tidak memberikan nilai terhadap sesuatu itu karena
ia tidak berharga baginya tetapi mungkin bagi orang lain malah mempunyai nilai
yang sangat tinggi karena itu sangatlah berharga baginya.
2.
Pendidikan
Pendidikan
merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu
segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan sosial sampaisampai masalah
kepercayaan atau keimanan. (Depag, 2003: 10)
Pendidikan
juga disebut education, istilah dalam
bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin educere
berarti memasukan sesuatu atau memasukan ilmu ke kepala seseorang.
Pengertian seperti ini ada tiga hal yang terlibat, yaitu ilmu, proses memasukan
dan kepala orang, kalau ilmu masuk dalam kepala. (Langgulung, 1992: 4)
Kamus
kontemporer Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan
cara berpikir atau tingkah laku dengan cara pengajaran, penyuluhan dan proses
mendidik. Sedangkan Islam adalah nama dari suatu agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw.
3.
Islam
Islam adalah agama yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup
seluruh manusia hingga akhir zaman.
Pengertian
Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu sin, lam,
mim yang bermakna dasar selamat dari
kata Salama.
Adapun
Pengertian Islam menurut istilah adalah ketundukan seorang
hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya
Muhammad Saw guna dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah Swt
yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan
dunia dan akhirat. (www.duniaislam.org)
Kata Islam pada pendidikan Islam menunjukan
warna pendidikan tertentu, pendidikan yang berwarna Islam yang secara normatif
berdasarkan al-Qur`an dan as-Sunnah. Menurut Ahmad Tafsir pendidikan Islam
adalah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin.
(Tafsir, 1992: 32)
4.
Remaja
Remaja adalah masa yang tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk pada golongan anak, tetapi ia tidak termasuk pada
golongan dewasa. Remaja ada diantara masa
anak-anak dan masa dewasa sehingga masa ini sering pula disebut pula dengan
masa peralihan pada proses perkembangan dan pematangan pribadi secara individu
dan sosial. Banyak perubahan yang terjadi secara signifikan secara fisik dan
psikis sehingga berimplikasi pada proses perkembangan psikososial anak.
Masa remaja
dalam islam telah mendapat perhatian khusus, karena remaja adalah aset umat islam,
sehingga banyak ayat-ayat al-Qur`an maupun hadist-hadist Rasulullah Saw. yang menyinggung
masa Remaja. Nasib umat Islam ke depan berada di tangan-tangan remajanya, dalam
sebuah syair disebutkan: “sesungguhnya dalam tangan pemuda urusan umat
yang di kakinyalah roda kehidupan ini”. ‘Aidh al-Qarni
menyebut
para remaja sebagai suku cadang dan tabungan umat Islam.
Masa remaja
adalah masa di mana seseorang mencari jati dirinya, sehingga ia akan selalu
mencari dan memilah-milah kepribadian orang lain untuk dijadikan
kepribadiannya, jadi sudah menjadi tanggung jawab orang tua dan guru untuk memperlihatkan
kepribadian yang Islami dan membimbingnya agar menyakini kepribadian yang Islami
adalah kepribadian yang terbaik.
5.
Karya
Sastra
Menurut Andre Hardjana, karya sastra merupakan ungkapan dari apa yang telah
dialami orang tentang kehidupan, apa yang telah direnungkan dan apa yang telah
dirasakan mengenai segi-segi kehidupan yang paling menarik minat secara
langsung dan kuat. Jadi karya sastra merupakan perenungan kehidupan lewat
bahasa. (Hardjana, 1981: 10)
Dan menurut
Sapardi Djoko Damono, sastra dipandang sebagai cermin masyarakat. (Damono, 1979: 3-4) Keberadaan sastra yang demikian itu telah menjadikan
karya sastra dapat diposisikan sebagai dokumen sosial budaya atau sebagai fakta
sosial, karena karya semacam itu merupakan hasil aktivitas yang obyeknya adalah
alam semesta dan kelompok manusia sekaligus.
Karya
sastra merupakan suatu karya yang sarat dengan ajaran etika, moral, atau akhlak
yang tinggi. Maka studi mengenai karya sastra dapat memberikan peranan yang
sangat berarti dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu humaniora
dan dalam pengembangan kebudayaan nasional Indonesia dan alam pembangunan pada
umumnya. Dengan demikian, meneliti hasil karya sastra akan dapat diambil
ajaran-ajaran moral yang mampu menjadi pedoman dan pegangan masyarakat pada
masanya; bahkan masa kini dan yang akan datang (Darusuprato, 1986: iii).
F.
Kerangka
Pemikiran
Konsep pendidikan Islam yang sejalan dengan landasan
filosofis dari pendidikan karekter bangsa yang berupaya menyiapkan generasi
bermoral dan berkepribadian luhur. Mengingat landasan filosofis pendidikan
Islam sesuai dengan pendidikan karakter, maka penerapannya juga harus sesuai dengan
nilai-nilai Islam yang terintegrasi dalam pendidikan Islam (Ilahi, 2012: 10).
Salah satu metode dalam pendidikan Islam yaitu dengan metode bercerita atau
melalui kisah.
Dalam
surat Huud (11) ayat 120 Allah Swt. berfirman:
وَكُلّٗا نَّقُصُّ عَلَيۡكَ
مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِۦ فُؤَادَكَۚ وَجَآءَكَ فِي هَٰذِهِ
ٱلۡحَقُّ وَمَوۡعِظَةٞ وَذِكۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِينَ ١٢٠
Dan semua kisah dari
rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Hud, 11: 120)
Ayat ini menegaskan bahwa fungsi kisah atau cerita
adalah untuk menambah keteguhan hati.
Dengan demikian, bercerita merupakan salah satu
metode dalam pendidikan Islam, sehingga penanaman nilai-nilai agama Islam
melalui kisah-kisah bisa efektif dalam pendidikan agama Islam, baik dalam
bentuk cerpen (cerita pendek), cergam (cerita bergambar), novel, buku dan
sebagainya dibolehkan selama kandungan cerita tersebut mengandung hikmah atau
pelajaran bagi kehidupan manusia dan tidak mengandung anjuran pada kemaksiatan.
Seperti buku Lā Tahzan yang
ditulis oleh ‘Aidh al-Qarni. Buku ini
sangat padat dengan nilai-nilai agama Islam.
Awalnya buku ditulis atau diceritakan oleh seorang
pengarang bukan sekedar dibaca sendiri, melainkan ada ide gagasan, pengalaman,
amanat serta nilai-nilai yang ingin disampaikan kepada para pembaca. Buku Lā Tahzan karya ‘Aidh al-Qarni diharapkan dapat menjadi
sebuah masukan sehingga para pembaca dapat mengambil nilai-nilai kehidupan dan
mampu menginterpretasikannya dalam kehidupan nyata.
Seperti dalam Q.S. Al-Hujuraat (49) ayat 10 yang menjelaskan tentang persaudaraan :
إِنَّمَا
ٱلۡمُؤۡمِنُونَ إِخۡوَةٞ فَأَصۡلِحُواْ بَيۡنَ أَخَوَيۡكُمۡۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ
لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٠
“Sesungguhnya
orang-orang beriman itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat” (Q.S. Al-Hujurat, 49: 10)
Maksud
ayat di atas, menjelaskan bahwa setiap ikatan persaudaraan antara mukmin dalam
ayat ini adalah persaudaraan iman jauh lebih kuat daripada persaudaraan
sekandung. Iman mengikatkan kita dalam persaudaraan yang menembus batas ruang
dan masa. Ia menyatukan kita dalam doa-doa yang selalu kita bagi pada sesama
peyakin sejati. Sebagaimana tanpa kita sadari setiap detik banyak lisan
melafalkan doa ini untuk kita, bahkan para nenek moyang berdoa untuk cicit
canggahnya dan para anak cucu berdoa untuk tua-tua leluhurnya. Mereka mungkin
tidak pernah berjumpa, terpisah oleh ruang dan masa. Tetapi, mereka bersatu
dalam doa, dalam iman, dalam persaudaraan akbar
yang melintasi gurun, kutub, lautan, hutan dan zaman (Fillah, 2013: 28-29).
G. Langkah-Langkah
Penelitian
1. Waktu
Penelitian
Penelitian
ini direncanakan dapat diselesaikan dalam jangka waktu dua bulan, yaitu dari bulan
September sampai bulan Oktober 2016.
Tabel 1 Jadwal Penelitian
No
|
Bulan
|
Minggu
|
Kegiatan
|
Ket
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
September
|
1
|
Pengajuan judul sekripsi
|
|
2
|
September
|
2
|
Pembuatan proposal sekripsi
|
|
3
|
September
|
3
|
Pengajuan proosal sekripsi ke TPPS
|
|
4
|
September
|
4
|
Pengumpulan data
|
|
5
|
Oktober
|
1
|
Pengumpulan data
|
|
6
|
Oktober
|
2
|
Bimbingan
|
|
7
|
Oktober
|
3
|
Bimbingan
|
|
8
|
Oktober
|
4
|
Bimbingan
|
|
9
|
Oktober
|
5
|
Sidang munaqosah
|
|
2. Metode
Penelitian
Metode penelitian atau metodologi penelitian adalah strategi umum yang
dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab
persoalan yang dihadapi. Seperti yang diungkapkan oleh Sumadi dalam buku metodologi
penelitian yaitu penelitian dilakukan karena adanya hasrat keinginan manusia
untuk mengetahui, yang berawal dari kekaguman manusia akan alam yang dihadapi,
baik alam semesta (besar) ataupun sekitar (kecil).
Menurut Sugiyono metode penelitian diartikan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008: 169). Maksudnya cara ilmiah adalah kegiatan ilmiah itu didasarkan pada
ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,
empiris, dan sistematis. Dan dalam
menjabarkan pengkajian ini, agar lebih tajam dan terarah menggunakan metodologi
sebagai alat untuk memahami dan menganalisa antara variabel satu dengan
variabel lainnya, maka penulis menggunakan :
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
yang digunakan
Karangan
buku atau karya ilmiah ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library
research) karena data yang digunakan berasal dari
bahan-bahan kepustakaan yaitu buku-buku, artikel, tulisan dari majalah, dokumentasi
dan materi pustaka lainnya (Hadi, 1981: 9).
Dalam
penelitian ini, pendekatan yang dipakai adalah deskriptif-analitis dan kritis
terhadap data yang bersifat kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu suatu pendekatan
dengan menggambarkan data melalui bentuk kata-kata atau (data yang tidak
terdiri angka-angka), yang berupa pesan verbal dialog serta tulisan-tulisan
(Sugiyono, 2008: 7).
2. Data dan Sumber Data
Yaitu sumber yang langsung memberikan data kepada
peneliti. Sesuai dengan penelitian pustaka (library research), maka
sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu: berasal dari data pokok (primary sources) dan berasal dari sumber data sekunder (secondary sources).
a. Sumber Data
Primer
Data primer adalah data yang merupakan sumber pokok dalam penelitian.
Data primer dalam penelitian ini adalah buku Lā Tahzan.
b. Sumber
Data Sekunder
Adapun sumber data sekunder adalah data yang merupakan
data pendukung dalam penelitian. Dalam
hal ini bisa buku-buku yang relevan, majalah, artikel, dan lain-lain.
3. Teknik
Pengumpulan Data
Penelitian
ini diharapkan data yang diperoleh valid dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumenter atau
dalam bahasa Lexy J. Moleong adalah sumber tertulis yaitu teknik yang digunakan
untuk mencari data-data tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti berupa buku-buku, artikel, majalah, jurnal ataupun makalah yang
berhubungan dengan obyek penelitian, kemudian mencatat dan mengklasifikasikan
data yang ada lalu dihimpun dan digunakan sebagai bahan dalam karya ilmiah ini.
Majalah ilmiyah sangat berharga bagi peneliti guna menjajaki keadaan
perseorangan atau masyarakat di tempat penelitian dilakukan. Selain itu, buku
penerbitan resmi pemerintah pun dapat merupakan sumber yang sangat berharga (Moleong,
2008: 159).
Menurut Saifuddin
Azwar adalah
kegiatan penelitian mempunyai tujuan mengungkap fakta mengenai variabel yang di
teliti. Tujuan untuk mengetahui (goal of knowing) haruslah dicapai
dengan mengunakan metode atau cara-cara yang efisien dan akurat. Data tangan
pertama (data primer) biasanya diperoleh melalui observasi (dalam arti luas)
yang bersifat langsung sehingga akurasinya lebih tinggi akan tetapi sering
tidak efisien karena untuk memperolehnya diperlukan sumber daya yang lebih
besar (Azwar, 2009:
91).
4.
Teknik Analisis
Data
Sebagai
objek penelitian memperoleh informasi dalam metode dokumentasi ini perlu
memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang (people) (Arikunto, 2006: 158).
Adapun
dalam menarik kesimpulan dari data yang akan diteliti, penulis menggunakan
teknik berpikir yaitu metode deskriptif, analitis dan kritis terhadap data yang
bersifat kualitatif. Untuk mengkaji atau mendeskripsikan dan menganalisa dengan
nalar kritis.
Metode
deskriptif ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:
169).
5.
Sistimatika
Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
B. Perumusan
Masalah
C. Tujuan
Penelitian
D. Kegunaan
Penelitian
E.
Langkah-Langkah
Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan
Pustaka
1. Nilai-Nilai
Pendidikan Islam
a. Pengertian
Nilai
b. Pengertian
Pendidikan Islam
c. Dasar-Dasar
Pendidikan Islam
2. Konsep
Remaja
a.
Pengertian
Remaja
b.
Ciri – ciri
Remaja
3. Karya
Sastra
B. Kerangka
Pemikiran
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Nilai-Nilai
Pendidikan Islam
B.
Kehidupan Remaja
C.
Biografi Aidh
al-Qarni
D. Nilai-Nilai
Pendidikan Islam bagi Remaja dalam Buku La Tahzan
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR
PUSTAKA
A. Buku-buku Umum
Ali, Muhammad Daud. 2008. Pendidikan
Agama Islam. Raja grafindo persada, Jakarta.
Al-Qarni, ‘Aidh, 2004. Cambuk Hati. Irsyad Baitu Salam. Bandung.
Al-Qarni, ‘Aidh, 2013. La Taghdhab. Gema Insani. Jakarta.
Al-Qarni, ‘Aidh. 2014. Lā Tahzan. Qisthi
Press, Jakarta.
Al-Qarni,
‘Aidh. 2015. Memahami Semangat Zaman. Serambi
Ilmu Semesta. Jakarta.
Al-Qur’an dan terjemahan. Departemen Agama RI
Aminuddin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Sinar Baru, Bandung.
Arifin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam.
Bumi Aksara, Jakarta.
_______ .
2003. Ilmu Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta,
Jakarta.
Assegaf, Abd. Rachman. 2014. Filsafat
Pendidikan Islam. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Daradjat, Zakiah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam.
Bumi Aksara, Jakarta.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam.
Remaja rosdakarya, Bandung.
Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan.
Rineka Cipta, Jakarta.
Isna, Mansur. 2001. Diskursus Pendidikan Islam.
Global Pustaka Utama, Yogyakarta.
Jaza’iri, Bakar Jabil. 2006. Minhajul
Muslim. Insan Kamil, Surakarta.
Moleong, J Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sadulloh, Uyoh. 2010. Pedagogik (Ilmu Mendidik).
ALFABETA, Bandung.
Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Rosda, Bandung.
Tirta, Raharja. 2005. Pengantar Pendidikan.
Rinika, Jakarta.
Zakaria, Teuku Ramli. 1994. Pendekatan-pendekatan
Pendidikan Nilai dan Implementasi dalam Pendidikan Budi Pekerti.
Gramedia Widia Sarana Indonesia, Jakarta.
Zuhairini.1995.
Filsafat Pendidikan Islam. Bumi Aksara,
Jakarta.
B. Website/Internet